Dewa Google

Sumber: http://www.padang-today.com/?today=news&id=21558

Saya punya adik kecil bernama Kiki (kelas 5 SD) dan Disa (kelas 1 SMP), kemarin siang saya mendengar dari kejauhan obrolan mereka.

 

Musik pop plus rap terdengar.

KIKI: Ini kan lagunya Eminem!

DISA: Bukaannnn!!!! Ini Rihanna!

KIKI: Bukaaaannn!!!! Cek aja di Google!

Kiki mengetik.

KIKI: Tuh, kan gak ada.

Disa menghampiri Kiki.

DISA: Nulis Rihanna-nya pake “N” dua, Ki!

Disa mengetik.

DISA: Tuh.. kan bener!
Lagu itu berjudul “Love The Way You Lie” yang dinyanyikan Eminem dan Rihanna.

 

Dari obrolan + debat Disa dan Kiki, saya menjadi ingat lagi saat kecil dan berantem dengan adik saya, Indra (sekarang dah kuliah). Dulu kami suka memperdebatkan hal kecil, dan masih mendengarkan lagu anak (bukan semacam lagu dewasa yang dinyanyikan penyanyi wanita yang pernah dipukul pacarnya dan rapper bermasalah, yang video klipnya mempertontonkan Megan Fox yang seksi).

Saat saya dan Indra berdebat (dan biasanya berujung dengan perkelahian), kami selalu berkata ” Tuh, kalo ga percaya tanya aja Mama/Papa!!!” dengan wajah nyolot. Sepuluh tahun kemudian, adik-adik kecil saya menggunakan kata yang tak jauh berbeda. Hanya saja, kata “Mama/Papa” diganti dengan “Google”.

Oh… saya pun dan banyak orang kini bergantung kepada search engine yang satu ini. Untuk cari referensi tugas, cari orang, cari torrent, cari episode terbaru dari Glee season 2, dan lain-lain. Kemarin, saya menghadiri acara The Beatles Night di Hotel Hyatt. Ketika MC memberikan pertanyaan super njelimet tentang The Beatles, saya tergoda membuka browser di ponsel saya, dan mengetikkan kata kunci pertanyaan di halaman Google.

Google…Google…Google…

Si Dewa Google.

Dewa di Era Informasi!

Cinta hingga di Penghujung Usia

Beberapa orang yang memiliki pemahaman agama tertentu beranggapan,” Kenapa ulang tahun dirayakan? Semakin tua kita maka umur semakin pendek.”

Apa anggapan Anda tentang ini?

Bukan bermaksud melawan, tapi saya punya paradigma yang jauh berbeda.

Memang tiap hari umur kita memendek, semakin tua, yang tadinya segar jadi keriput, yang tadinya lincah jadi lemah. Tapi tetap saja, saya berharap melaluinya dengan bahagia… bukan ratapan bahwa sebentar lagi akan masuk ke liang kubur.

Oleh karenanya, ketika keluarga dan teman saya ada yang ulang tahun, saya semakin mencintai mereka dan berusaha memberikan pesta terbaik.

Saya ingat, dahulu kakek saya dengan romantisnya memainkan piano sambil bernyanyi saat nenek saya ulang tahun. Keluarga besar kami berkumpul diantara sepasang sejoli yang puluhan tahun dimabuk asmara itu. Mereka saling menempelkan pipinya dengan hangat. Itu yang saya ingat.

Tak lama kemudian, kakek saya meninggal. Saya yang saat itu masih SD menangis tak keruan, dari mulai jenasahnya sampai di rumah, disholatkan, dimasukan liang kubur sehingga menyatu dengan tanah. Saya menangis karena kehilangan seseorang yang mencintainya dengan khas.

Kakek saya adalah dosen yang cukup tegas, ayah dari tujuh orang anak, dan seorang suami romantis. Ia tidak begitu religius tapi sangat pengasih. Kadang ia galak, memarahi saya karena manja atau tak mau berbagi. Tapi belakangan saya tahu, kakek saya berusaha membahagiakan saya. Bila saya mau makan di restoran ini atau itu, ia hampir selalu mewujudkannya.

Apabila saya dapat mengulang waktu, saya berharap dapat memberikan pesta-pesta ulang tahun yang lebih meriah bagi kakek saya. Merayakan semua cinta yang ia berikan selama bertahun-tahun. Cinta yang lebih banyak ia lakukan dibanding katakan.

Kini, nenek saya tidak mendapatkan dentingan piano dan nyanyian kakek saat ia berulang tahun. Tak masalah, saya dan keluarga berusaha memberikan pesta terbaik, walau pun tak mampu menyaingi nyanyian kekasihnya.

Bagi yang tetap pada pendiriannya untuk tidak mengucapkan atau merayakan ulang tahun, silahkan. Saya tidak bermasalah dengan itu.

Yang jelas, saya ingin menyayangi keluarga dan teman sepanjang tahun. Dan, saat mereka berulang tahun, saya ingin menghujaninya dengan nyayian, pelukan, cium, dan senyuman terhangat… hingga di penghujung usianya.

 

Didedikasikan untuk kakek saya, dan seorang teman yang baru kehilangan kakeknya.