Nyali!

Hari ini adalah hari yang lumayan padat…

Siang hari, saya dan teman-teman panitia Ajou melakukan interview akhir dengan tujuh besar kandidat yang kiranya akan dikirim ke Korea pada semester musim semi. Mereka hebat! Mereka menampilkan berbagai kesenian daerah, mulai dari tari jaipong sampai tari saman.. Dari main suling sampai nyanyi lagu sunda “borondong garing”.

Hal yang membuat kami, para juri sedikit sedih adalah, kita hanya memiliki sedikit kuota untuk diberangkatkan ke Korea. Padahal, ketujuh kandidat telah melakukan yang terbaik.

Di sebuah kafe, menjelang magrib, para juri pusing tujuh keliling untuk menentukan siapa yang pantas masuk. Ya… namanya juga beda orang beda pikiran ya… Kita mencoba sekeras mungkin untuk memilih.. Kita sampai debat heboh yang menguras energi.. Tapi, masih dalam batas sewajarnya. Toh, akhirnya kita memiliki cara bijak untuk menentukan siapa yang pantas masuk, yaitu dengan ….  (piiiiipppp…) rahasia.

Selanjutnya, malamnya saya bertemu dengan Tami dan Bob Howarth, seorang dosen jurnalistik dari Australia yang lagi menjadi dosen tamu di Fikom Unpad. Kita menghabiskan malam dengan makan dan diskusi seru di Duck King.

Kemudian, saya pulang jam 11. Dan teringat : Paraah… saya belum menulis untuk hari ini! Padahal, saya baru ber”sumpah palapa” kemarin. Maka, saya pun mencoba menulis sesuatu yang praktis dan sangat mengena dihati saat ini, yaitu tentang keberanian.

Apa itu keberanian?

Saya banyak belajar keberanian saat menjadi juri di seleksi mahasiswa Unpad ke Ajou University Korea. Saya adalah alumni program ini, maka saya ikut bersama alumni lain untuk membantu. Awalnya saya pikir ” Ah… mudah milih orang. Tinggal liat nilai, bakat, sikap. Mungkin, mirip dengan konsep orang tua jaman dulu milih jodoh untuk anaknya “bibit, bebet, bobot”.

Salah! Setiap mahasiswa memiliki karakter dan kemampuan yang unik. Para juri dibuat pusing untuk memilih, padahal kita sudah menggunakan sistem penilaian ala HRD perusahaan besar dan mendapat konsultasi dari ahli psikologi. Namun, urusan memilih delegasi tetaplah sulit.

Di proses seleksi semester Fall Ajou ini, kami sebelumnya telah memasang pengumuman di website Unpad. Saya sangat berharap teman-teman saya akan ikut program ini, karena banyak sekali teman saya yang bertanya tentang program ini dan sepertinya sangat berminat.

Nyatanya : hanya belasan orang yang mendaftar.

Muncul tanda tanya besar dalam otak saya. Kemana ya orang-orang yang kayaknya niat ikutan???

Akhirnya saya pun mendapat selentingan kabar.

Ada yang ga punya nyali buat ikutan.

Ada yang selama ini cuma iseng-iseng doang nanya. (Hmm.. sorry.. but I think, you’re kinda wasting my time, dude!)

Ada yang tidak mendapatkan info tentang tanggal seleksi ini.

Ada yang bilang: ” Ah… gue nggak ikutan. Katanya, kuota buat semester fall ini cuma satu orang ya? Persaingannya berat!”

Bagi saya, dari keempat alasan yang saya sebutkan. Alasan yang paling menohok dan menusuk saya adalah alasan terakhir. Alasannya, ia pasti punya niat ikutan, tapi nggak punya nyali?

Come on! Persaingan berat kadang membuat lutut bergetar sampai berkucuran keringat di pelipis, tapi kita pun sejak sebelum lahir sudah bersaing. Maaf kalau kata-kata saya terlalu porno. Sebelum menjadi bayi, kita adalah embrio yang kecil. Embrio bisa tercipta karena ovum yang dibuahi sperma.

Fakta dari suaramedia.com : Dari 300 juta sel sperma, hanya terdapat sekitar 1.000 sel sperma yang berhasil mencapai sel telur (ovum). Dari 1.000 sel sperma tersebut  1 SEL saja yang memenangkan pertandingan ini dan berhasil membuahi sel telur (ovum).

Jadi, sebelum kita lahir, kita sudah memenangkan persaingan yang ketat 1: 300.000.000 (banyak kan “nol” nya?) Menjadi “perenang” yang cepat dan tangguh menuju ovum. Keren kan?

Kembali ke topik. Saya sangat sedih karena teman-teman saya tersebut kalah sebelum berperang. Mengapa mereka begitu yakin akan kalah dalam bersaingan 1: belasan? Itu adalah angka yang relatif kecil.

Kamu nggak akan pernah tahu kalau kamu belum mencoba.

Keluarlah dari sarang ketakutanmu. Mari kita jadi penjelajah dunia!

Keluarlah dari sarang ketakutanmu. Mari kita jadi penjelajah dunia!

Untuk para kandidat yang telah ikut dalam seleksi Ajou Fall, saya acungi jempol. Walaupun mereka, mungkin, tidak lolos, namun mereka sudah menunjukkan kalau mereka berani (atau mungkin, nekat. Yang jelas, saya mengkategorikan nekat dalam taraf normal adalah etos yang baik)

Kepada tujuh kandidat, para panitia akan berusaha keras agar kalian semua bisa berkuliah satu semester di Korea. Apabila misi kami tidak tercapai, harap dimengerti. Dan, melalui pengalaman ini pun kalian telah dapat banyak tips wawancara yang bisa dipakai di dunia kerja. Iya, kan?

Terlebih lagi, sejarah sudah membuktikan bahwa sebagian orang-orang ternama menjadi sukses karena dia jatuh berkali-kali, namun terus bangkit dan belajar.

Nggak percaya? Silahkan lihat video ini:

(video ini bikin saya merinding tiap kali saya tonton)

Sekian dulu tulisan kedua saya dalam “Sumpah Palapa” kali ini. Karena tulisan ini dibuat dari jam 11 malam sampai jam 11.45. Jadi, saya harus segera upload curhatan ini sebelum berganti hari. Akan tetapi, jangan anggap ini tulisan asal. Ini adalah tulisan dari hati yang ditransfer ke otak, yang memerintahkan tangan untuk menekan-nekan qwerty pad di laptop.

I hope you, enjoy this.

Goodnight, and Goodluck (especially for the seven candidates of Ajou Fall Semester)